APRESIASI LAGU SATU - DEWA 19 SINKRONISASI KALIMAT TAUHID
Penulis sangat menghormati siapapun yang terlibat dalam pembuatan maupun publikasi lagu berjudul SATU yang dibawakan grup band Dewa 19 ini. Mohon maaf bila penulis memilih lagu ini sebagai posting pertama. Memang lagu SATU merupakan lagu popular terbaik yang diberikan Tuhan untuk masyarakat Indonesia Nusantara. Memang, saat menulis postingan pertama ini penulis sambil mendengarkan lagu-lagu DODO ZAKARIA album Mallisa. Dodo Zakaria adalah penulis lagu Indonesia yang sangat independent sebelum AHMAD DHANI PRASETYO. Kita hadiahkan al fatehah buat almarhum DODO ZAKARIA. Al Fatehah.
Silahkan klik tombol play (segitiga) pada audio control di bawah ini untuk mendengarkan sekilas lagu SATU DEWA 19 Ciptaan AHMAD DHANI MANAF. Maaf, jangan lupa cari Versi Aslinya ya?
Tak tahu apa motivasi Mas AHMAD DHANI saat menulis lirik lagu SATU. Yang jelas, lirik lagu SATU berkarakter kuat, tak mengenal kedaluarsa, selalu update untuk didengarkan sampai kapanpun. Menunjukkan sebuah pencapaian pemahaman AHMAD DHANI dan para personil band Dewa 19 tentang ke-TUHAN-an. Kebetulan, penulis belum pernah mendengar lagu selevel dengan lagu SATU ini, sehingga, penulis menganggap bahwa lagu SATU adalah THE BEST SONG EVER WRITTEN DI INDONESIA.
Materi Kurasi Musik Lagu SATU - DEWA 19
Sebelum masuk bagian kurasi lagu, di bawah ini adalah lirik lengkap lagu SATU - DEWA 19. Untuk melihat video clip serta mendengarkan lagu silahkan buka multitask di alamat official video-nya di : Youtube.com
SATU
Aku ini adalah diri-Mu
Cinta ini adalah cinta-Mu
Aku ini adalah diri-Mu
Jiwa ini adalah jiwa-Mu
Rindu ini adalah rindu-Mu
Darah ini adalah darah-Mu
Tak ada yang lain selain diri-Mu
Yang selalu kupuja
Wo-u-wo ... ku sebut nama-Mu
Di setiap hembusan nafasku
Kusebut nama-Mu
Kusebut nama-Mu
Dengan tangan-Mu aku menyentuh
Dengan kaki-Mu aku berjalan
Dengan mata-Mu 'ku memandang
Dengan telinga-Mu 'ku mendengar
Dengan lidah-Mu aku bicara
Dengan hati-Mu aku merasa
Tak ada yang lain selain diri-Mu
Yang selalu kupuja
Wo-u-wo ... ku sebut nama-Mu
Di setiap hembusan napasku
Kusebut nama-Mu
Kusebut nama-Mu
Tak ada yang lain selain diri-Mu
Yang selalu kupuja
Wo-u-wo ... ku sebut nama-Mu
Di setiap hembusan napasku
Kusebut nama-Mu
Kusebut nama-Mu
Penulis lagu: DHANI AHMAD | Lirik Satu © Pt. Aquarius Pustaka Musik | Artis: Dewa 19 | Album: Laskar Cinta | Dirilis: 2004
Kurasi Lirik Lagu SATU - DEWA 19
Maaf dalam kurasi lagu SATU - DEWA19 ini, kita meninggalkan istilah-istilah Struktur Lagu seperti intro, verse, bridge, chorus, reffrein, dan seterusnya hingga coda dan outro-nya bagaimana. Hal itu dikarenakan, untuk musikalisasi lagu SATU - DEWA 19 tak ada lagi yang perlu dikurasi apalagi dikritik. Lagian secara pribadi, penulis tidak menguasai alat musik. Dari sisi musikalisasi, aransemen lagu-lagu AHMAD DHANI MANAF dan DEWA 19 sangat recommended untuk dihayati, hampir tidak ditemui kecacatan.
Pada baris pertama lirik lagu SATU, AHMAD DHANI menuliskan, "Aku ini adalah diri-Mu." Bait lirik ini diulang hingga 2 kali penulisan, yaitu pada baris pertama dan ke tiga. Bagi penganut ajaran thoriqoh, kalimat "Aku ini adalah diri-Mu" mudah untuk diterima. Dalam konteks lagu SATU - DEWA 19, kalimat "Aku ini adalah diri-Mu" dimaknai dengan padanan awam "Diri ini adalah milik-Mu". Padahal bila dimaknai lebih dalam akan sangat kompleks dan sangat subyektif, tiap murid thoriqoh mendapat pengalaman yang berlainan, bahkan mungkin tidak sama dengan mursyid-nya. Multi tafsir itu sering muncul. Mu di sini adalah Tuhan.
Bila dikolerasikan dengan keberadaan Tuhan yang meliputi segala sesuatu, maka semakin jelas bahwa Tuhan juga meliputi seluruh semesta termasuk diri kita. Wajar bila Mas AHMAD DHANI menyatakan kepasrahan-Nya pada Sang Pencipta dengan mengatakan, "Aku ini adalah diri-Mu". Sekali lagi, Mu di sini bukanlah apapun, Mu di sini adalah TUHAN. Bait pertama lagu SATU - DEWA 19 mulai dilantunkan pada detik ke 7. Apakah ini suatu kebetulan? Tidak sama sekali.
"Cinta ini adalah cinta-Mu. Dapat dimengerti, saat itu AHMAD DHANI telah memahami secara teori bahwa apapun, apapun, semua milik TUHAN. Milik ALLAH. Termasuk rasa cinta, mahabat - mahabah. Perasaan cinta kepada TUHAN, perasaan cinta pada NABI SAW, pada Nabi-Nabi pada para SAHABAT, pada para WALIYULLAH, pada para WALI TANAH JAWA, pada para anak turun NABI SAW, pada para HADRATUSYAIKH, pada sesama makhluk TUHAN, pada anak istri maupun pada kebendaan, pada perasaan nyaman, pada materi; hakikatnya bukanlah tumbuh dengan sendirinya. Semua anugerah TUHAN, semua karena Kehendak TUHAN.
Bait selanjutnya seakan AHMAD DHANI meyakinkan kembali kepasrahannya kepada TUHAN Yang Maha Esa, "Aku ini adalah diri-MU". Kalimat ini muncul bukan karena kesombongan, GR (Gedhe Rumangsa), sok kenal sok dekat sama TUHAN. Lebih dikarenakan kepasrahan. Telah hilang symbiosis, apalagi relationship model Business to Business dengan ALLAH. (Emang kita siapa? Pantas berbisnis dengan ALLAH? Mbok ya yang sopan, hahaay…) Anugerah TUHAN berupa mahabah, entah sekecil apapun itu kepada DHANI MANAF yang mendorongnya memberikan penekanan bahwa "Aku ini adalah diri-MU". Meski TUHAN sudah tahu. BEGITU ROMANTISNYA….
Oke, berarti lagu SATU - DEWA 19 yang ditulis Kanjeng Raden Tumenggung AHMAD DHANI PRASETYO juga kita nobatkan sebagai lagu BEST OF THE BEST ROMANTIC SONG EVER WRITTEN IN INDONESIA NUSANTARA!
Bait setelah "Aku ini, adalah diri-Mu; Cinta ini, adalah cinta-Mu; Aku ini, adalah diri-Mu" adalah "Jiwa ini, adalah jiwa-Mu". Agaknya AHMAD DHANI MANAF menggeneralisir arti jiwa, nyawa dan ruh dalam lagu SATU - DEWA 19, meski kadang beberapa orang mengartikan berbeda. Jiwa lebih dekat dengan rasa, respon, akal, logika dan pikiran, semua berasal dari kerja otak, sangat erat hubungannya dengan pendekatan material. Sedangkan ruh atau nyawa lebih erat dengan pendekatan spiritual. Ruh atau nyawa diyakini sudah diciptakan sebelum proses penciptaan dan masih tetap melanjutkan kisah setelah peristiwa kematian. Sebagai penulis lirik dan lagu, DHANI AHMAD merdeka untuk menentukan diksi maupun frase liriknya sendiri. Bait "Jiwa ini, adalah jiwa-Mu" bermakna sama lirik-lirik sebelumnya, bahwa apapun termasuk jiwa kita milik TUHAN YANG MAHA PEMBERI.
Begitu masuk pada Chorus, "Tak ada yang lain, selain diri-Mu yang selalu kupuja. Kusebut nama-Mu di setiap hembusan nafasku. Kusebut nama-Mu. Kusebut nama-Mu," penulis menyimpulkan bahwa AHMAD DHANI sedang merayu TUHAN. Ada udang dibalik batu kah? Akan menagih sesuatu? Tidak juga. Meski TUHAN MAHA TAHU, seorang umat yang bernama AHMAD DHANI PRASETYO ini tetap saja menceritakan aktualisasi cintanya. Hanya agar tetap terjalin komunikasi. Agar tetap terjalin rasa cinta. Agar rasa cintanya semakin membara. AHMAD DHANI sangat menikmati jalinan cintanya dengan TUHAN. Terbukti bahwa TUHAN sangat sayang pada DHANI AHMAD, relative banyak materi maupun pengalaman, pemahaman dan pencerahan yang dikasihkan TUHAN kepada DHANI AHMAD. Dan lewat lagu SATU - DEWA 19 inilah rasa rindu dan cinta itu semakin diselaraskan.
Perasaan cinta menumbuhkan rindu. Rasa rindu tumbuh karena cinta, kasih. Rasa cinta kepada TUHAN tidak tumbuh semudah tumbuhnya rasa cinta pada lain jenis, cinta pada sesama makhluk. TUHAN sebelumnya tidak kasat mata. Immaterial, hanya konsep. Seakan perlu kesengajaan untuk mengkondisikan hadirnya rasa cinta itu. Bila cinta kepada TUHAN telah tumbuh menggelora, baru muncullah kerinduan pada sesuatu yang tidak kita mengerti. Akhirnya gelisah rindu itu disederhanakan penyebutannya menjadi perasaan rindu kepada SANG KHALIQ yang MAHA LEMBUT. Maka bait selanjutnya, AHMAD DHANI MANAF menuliskan, "Rindu ini, adalah rindu-Mu". Perasaan rindu yang dikaruniakan TUHAN, kepada TUHAN sendiri pada diri umat terpilihnya.
Rasa cinta, rasa rindu yang sebenarnya efek dari pikiran yang didukung oleh peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman empiris akan menumbuhkan penglaman-pengalaman lain. Jeratan cinta yang seolah tak kenal pasang surut itu seakan membuka penglihatan baru. Rasa cinta dan gelisah rindu tak biasa seakan membuat kita merasa bahwa kita bukanlah kita yang tampak sekarang ini. Kita menjadi terpecah. Tangan seakan bukan milik kita, tetapi milik yang kita cintai. Seakan tangan mempunyai kuasa sendiri, bekerja menuruti apa kehendak yang kita cintai. Begitu pula dengan kaki, panca indera, bahkan seluruh tubuh, min jami'il badan, turut menyebut nama yang kita cintai. Seluruh aliran darahpun turut menyebut asma TUHAN. Dapat dimengerti bahwa lirik lagu SATU - DEWA 19 selanjutnya, AHMAD DHANI MANAF menceritakan bahwa, "Darah ini, adalah darah-Mu."
Masyaallah! Anda membaca sampai paragraph ini? Anda ini orang apa? Anda ini pecinta AHMAD DHANI atau BALA DEWA 19? Tidak semua? Berarti Anda pencari TUHAN! Bila boleh berbagi, TUHAN tidak di mana-mana. Cukup duduk bersila, redupkan mata, perhatikan keluar masuknya nafas, terima apa adanya diri kita. Tak perlu konsentrasi. Tak perlu berfikir bahwa sekarang anda sedang bermeditasi. Tak perlu mengejar apapun. Tak perlu mengontrol pikiran Anda. Meloncat-loncat? Biarkan saja. Amati saja. Biarkankan. Hadir saja pada saat sekarang. Lakukan secara rutin ya? Efeknya sangat bagus untuk proses perjalanan kita selanjutnya. Setelah relative cukup, cari seorang mursyid ya? Oke kita kembali ke pembahasan lirik lagu SATU - DEWA 19.
Memasuki bait lirik lagu SATU - DEWA 19 setelah interlude pertama atau entah apapun itu namanya, pada detik 1:42, AHMAD DHANI menulis, "Dengan tangan-Mu, aku meyentuh. Dengan kaki-Mu, aku berjalan." Kemudian diyakinkan lagi, "Dengan mata-Mu, 'ku memandang. Dengan telinga-Mu, 'ku mendengar. Dengan lidah-Mu, aku bicara. Dengan hati-Mu, aku merasa….." Bait-bait tersebut merupakan visualisasi PERJALANAN SPIRITUAL. Berjalan - menyentuh - tetap berjalan - menemukan sesuatu yang baru - memandangi sejenak - berjalan lagi - tetap berdzikir hingga membawa hati bersimpuh dan teriak…. Tak ada yang lain selain diri-Mu yang selalu kupuja! Kusebut nama-Mu di setiap hembusan nafasku kusebut nama-Mu…. Kusebut nama-Mu…..!
Boleh saja, siapapun, setelah membaca pembahasan lagu SATU - DEWA 19 yang dikarang oleh AHMAD DHANI MANAF ini menjadi tersenyum dan bergumam, "Aaaah ya tidak sebegitunya kali." Monggo, tidak masalah. Yang penting, setelah ini kita tetap tersenyum. Tetap berjalan, menikmati perjalanan ini dengan apa adanya sambil melanjutkan sisa-sia kehidupan yang masih panjang serta tetap masih berkarya.
Dikurasi serampangan, amat subyektif, tanpa referensi oleh : heri ireng