MENJILAT MATAHARI GODBLESS ALBUM RAKSASA – AKTUALISASI KESEIMBANGAN RASA
Assalamu'alaikum. Mugi rahayu. Sami seger kuwarasan.
Lirik lagu Menjilat Matahari Godbless album Raksasa di tulis oleh Yockie Suryoprayogo, diilhami potongan syair Purple Haze-nya Jimi Hendrix, 'excuse me while I kiss the sky'. Yockie sendiri saat itu sedang dekat dengan Setiawan Jodie, yang hendak menggarap Kantata Taqwa. Lirik "menjilat matahari" pernah dimaknai secara klise bernada intermezo oleh Donny Fatah muda dengan sangat sederhana, "Maaf saya sedang sibuk kerja dengan bos baru!". Tapi benarkah demikian? Coba kita simak benar-benar lirik lagunya. Lirik-lirik lagu Band Rock Tertua Indonesia Godbless sangat sarat dengan pesan moral dan spiritual. Semoga siapa pun yang pernah bergabung, bekerja sama dengan Godbless selalu bahagia. Tidak lupa kita hadiahkan bacaan Al Fatehah buat Yockie Suryoprayogo. Al Fatehah.
Bagi Anda yang tak sempat membaca ulasan ini sampai selesai, silahkan dengarkan pembahasannya pada Video APRESIASI MENJILAT MATAHARI GODBLESS ALBUM RAKSASA.
Silahkan klik tombol play (segitiga) pada audio control di bawah ini untuk mendengarkan sekilas lagu MENJILAT MATAHARI GODBLESS album RAKSASA. Maaf, jangan lupa cari Versi Aslinya ya?
Lagu Menjilat Matahari Godbless album Raksasa begitu fenomenal. Sebuah lagu serius, eksperimental namun sangat matang. Maklum, lagu ini melibatkan para musisi yang telah memiliki jam terbang tinggi. Ahli serta profesional di bidangnya. Dilantunkan oleh Penyanyi Rock Legendaris Indonesia Achmad Albar. Godfather para rocker Indonesia Donny Fattah Gagola sebagai bassis dan backing vocal. Drumer rock legendaris Indonesia Teddy Sujaya. The Indonesian guitar rock legend E'et Syahranie, selain mengeksplorasi gitar juga menjadi backing vocal. Serta Arsitek Musik Indonesia Yockie Suryoprayogo sendiri yang memegang kibor merangkap backing vocal.
MENJILAT MATAHARI
Di suatu hari kududuk sendiri, Di pucuk cemara.
Aku merenung, kujilat angkasa, Kuciumi matahari.
Aku lari jauh membelah dunia.
Kepak sayap bentangkan layar.
Ombak-ombak mandi bertabur bintang, Silaukan mata.
Matahari di dalam dekapan.
Bagai darah warnanya merah.
Panasnya bakar sekujur tubuh, Mengoyak jiwa.
Dunia, Simpanlah tangis dan duka yang melanda.
Harapan sia-sia di kehidupan manusia.
Manusia tak mampu bicara.
Musik intro MENJILAT MATAHARI dibuka dengan permainan kibor Yockie Suryoprayogo. Nada yang dihasilkan saja seakan mengajak kita untuk terbang di ketinggian. Bagai burung camar putih yang melayang cepat mengitari hutan cemara dipinggir tebing laut yang tenang. Kemudian disusul Lirik Intro yang berbunyi, "Di suatu hari kududuk sendiri, Di pucuk cemara. Aku merenung, kujilat angkasa, Kuciumi matahari". Antara musik dan syair yang dilagukan sungguh sinkron, selaras, "dudu karepe dewe". Sebuah intro musik rock yang tak tertandingi hingga sekarang ini. Siapapun yang mendengar langsung dapat menyimpulkan bahwa lagu ini akan menjadi lagu rock abadi, bersastra tinggi serta perlu diselami.
Perlu digarisbawahi di sini, misi lagu Menjilat Matahari Godbless album Raksasa juga sederhana. Yaitu membawa pesan moral kepada siapapun yang telah meraih kesuksesan atau kejayaan agar tidak nganeh-anehi, tetap biasa saja. Kejayaan yang dimaksudkan dapat berupa materi, jabatan, nama besar, keahlian, what ever bahkan pencapaian pengalaman spiritual sekalipun. Agar kita tidak lupa, tetap menjalankan aktivitas spiritual sesuai dengan agama atau kepercayaannya masing-masing. Biarpun sesibuk apapun, tetap meditasi bagi yang biasa meditasi. Tetap berdzikir bila biasanya berdzikir. Tetap seimbang, tetap menjadi manusia biasa lagi, seperti manusia lain pada umumnya. Keseimbangan hidup antara duniawi dan ukhrowi sangat penting, seperti saat duduk di pucuk cemara, semua harus seimbang.
Sepertinya, Yockie memberikan contoh kepada kita. Cemara berbentuk kerucut seperti piramida. Meskipun saat itu Yockie Suryoprayogo telah merasa pada puncak piramida musik Indonesia, dia tetap bermeditasi, juga merenung atau orang Islam menyebutnya dengan tafakur. Hampir setiap dia merenung, dia merasakan seperti meluncur ke atas menjilat angkasa. Merasa berada pada keadaan terang benderang yang tak mampu dia lukiskan. Tapi Yockie tetap menceritakan keadaan itu semampunya, "Seperti mampu menciumi matahari". Rasanya seperti meluncur membelah dunia antariksa, seperti menerima kekuatan atau semangat, seperti mempunyai sayap. Kalau tidak itu, andaikan tubuh ruhnya adalah kapal, seakan dia seperti membentangkan layar. Bintang kemintang bagai ombak-ombak lautan yang agak menyilaukan mata.
Pengalaman yang Yockie rasakan saat meditasi itu diungkapkan pada Verse 1 lagu Menjilat Matahari Godbless album Raksasa. "Aku lari jauh membelah dunia. Kepak sayap bentangkan layar. Ombak-ombak mandi bertabur bintang, Silaukan mata". Kemudian pada Verse 2 berbunyi, "Matahari di dalam dekapan.
Bagai darah warnanya merah. Panasnya bakar sekujur tubuh, Mengoyak jiwa". Yockie ingin menggambarkan bahwa pencerahan bagai cahaya matahari itu telah dia temui. Andaikan dapat dilihat, seperti dalam dada, di kedalaman jantungnya yang berwarna merah. Memunculkan panasnya gairah yang lebih pada hasrat menjalar meliputi sekujur tubuh. Maaf - masih ada nafsu di sini. Rasanya juga tak terlukiskan. Rasa itu hanya dapat diungkapkan dengan kata sederhana, "Mengoyak jiwa".
Akhirnya, pada Chorus lagu Menjilat Matahari Godbless album Raksasa, Yockie menceritakan bahwa, "Dunia, Simpanlah tangis dan duka yang melanda. Harapan sia-sia di kehidupan, manusia. Manusia tak mampu bicara". Bila sudah merasakan pengalaman spiritual seperti itu, lanjut Yockie, tangis dan duka yang melanda, juga harapan-harapan apa pun hanyalah urusan dunia. Saat merasakan pengalaman meditasi seperti itu, saat itu pula hanya rasa kecukupan, keberlimpahan yang kita rasakan. Akhirnya, tidak ada lagi keinginan yang ada hanya ketenangan, rasa landai, semua menjadi biasa saja, semua baik-baik saja. Lalu nikmat yang mana lagi yang akan kita dustakan? Di saat itu kita tak akan mampu bicara apa-apa. Dalam hati hanya berkata, "iya".
Wassalamu'alaikum. Mugi rahayu ingkang sami pinanggih.
Dikarang oleh : heri ireng cepu.