SENDIRI GRASS ROCK - MEMAHAMI SINYAL SPIRITUAL EDDI KEMPUT & DAYAN
Memang, sepintas lalu, tanpa penalaran lebih dalam, ide lagu SENDIRI GRASS ROCK ALBUM BULAN SABIT ini juga amat sederhana. Paling tentang anak kecil yang mengejar pesawat. Padahal pesawat itu terlihat kecil dan jauh di balik awan mendung. Oke, kalau bukan tentang pesawat, berarti tentang anak laki-laki yang kehilangan burung merpati. Sedangkan burung merpati itu baru saja dibelikan sama pamannya. Buat urusan hobi, biasanya seorang paman lebih royal daripada seorang ayah. Salah pamannya juga. Kenapa beli burung merpati hanya sebiji. Bukankah, Merpati Tak Pernah Ingkar Janji? Kata mendiang Billy J Budiarjo? Gak salah merpatinya, kalau sampai terbang dan sembunyi. Coba kalau belinya sepasang, pasti enjoy dalam pagupon, dan jadi pasangan suami istri.
Silahkan klik tombol play (segitiga) pada audio control di bawah ini untuk mendengarkan sekilas lagu SENDIRI GRASS ROCK album BULAN SABIT. Maaf, jangan lupa cari Versi Aslinya ya?
Retorika dipertanyakan. Apakah benar sesederhana itu? Ini pandai-pandainya Eddi Kemput membuat lagu atau saking pintarnya Dayan mengarang lirik? Membaca lirik lagu SENDIRI GRASS ROCK ALBUM BULAN SABIT, sejak bait pertama pun kita sudah ditarik untuk menganggap lagu ini sebagai lagu sastra. Menggambarkan sebuah perjalanan spiritual. Meski saat itu kesadaran mereka belum selevel GANK PEGANGSAAN, tapi tanpa sadar anak-anak Grass Rock sudah mulai menyentuh cerita perjalanan spiritual. Ini membuktikan bahwa rocker juga manusia, mempunyai kecerdasan spiritual sendiri. Lagu kehilangan burung dara sampai bisa dimaknai sebagai lagu tentang perjalanan mencapai pencerahan. Kita hadiahkan bacaan Al Fatehah untuk Dayan Zamachsyarie. Al Fatehah.
Kita ingatkan lagi, bahwa Kurasi Lagu SENDIRI GRASS ROCK ini juga bukan kurasi sebenarnya. Kata kurasi dipilih hanya untuk mempermudah penyebutan saja. Bukan pula kritik musik atau kritik lagu, melainkan hanyalah sebuah apresiasi musik Indonesia sewajarnya. Bila apresiasi? Mengapa sampai berbusa-busa? Ya biar saja. Anggap saja kita sedang dihadapkan pada kondisi yang membuat kita untuk memilih tetap berkarya meski tak berguna. Daripada hanya diam berpangku tangan. Sedangkan kita melihat generasi milenial berperilaku sama dengan generasi-generasi sebelumnya bisa jadi akan berlanjut pada generasi berikutnya. Menikmati musik dengan berjingkrak tanpa sedikitpun lafal Allah yang tertanam dalam benak. Ritme hanya dianggap bagian penentu genre, bukan penuntun gerak hati untuk menyebut asma Yang Maha Tinggi.
MATERI KURASI LAGU GRASS ROCK SENDIRI
SENDIRI
Berjalan di terik matahari, Berdiri di jalanan yang sunyi.
Menerawang matanya, pandangi langit.
Sejenak mendung tutupi terang.
Jejak langkah yang pernah terlihat, kini telah lenyap di telan musim.
Mencari kebenaran, di kehampaan.
Tenggelam dalam bisingnya hati.
Pernah kuberlari... sendiri, Mengejar bayangannya.
Dia sembunyi... menghilang, Dan tinggalkan diriku sendiri,
Di kesunyian.
Di mana? Harus kutemui lagi.
Sesuatu yang hilang, dan tinggalkan diriku sendiri.
Pernah kuberlari... sendiri, Mengejar bayangannya.
Dia sembunyi... menghilang, Dan tinggalkan diriku sendiri,
Di kesunyian.
Merpati putih tinggi di awan, Membawa arti hidup yang suci.
Langit pun kini semakin terang, Tersenyum menyimpan misteri.
(Jakarta, 1991)
Penulis lagu : Eddi Kemput. Penulis Lirik : Dayan. Album : Bulan Sabit. Produksi : Bengkel Musik Gong. Tahun rilis : 1992.
KURASI LIRIK SENDIRI GRASS ROCK
Pada Verse 1 lagu SENDIRI GRASS ROCK, Dayan memberikan introduksi, "BERJALAN DI TERIK MATAHARI, BERDIRI DI JALANAN YANG SUNYI. MENERAWANG MATANYA, PANDANGI LANGIT. SEJENAK MENDUNG TUTUPI TERANG." Coba kita cermati sungguh-sungguh, Dayan bercerita bila dirinya pernah melihat sesosok asing. Tak dijelaskan secara spesifik bagaimana figur yang dilihatnya. Hanya, dalam pandangan imajinya, pribadi tersebut seperti sedang berjalan pada siang yang terik di sebuah jalanan yang sunyi. Kemudian sosok tersebut berhenti, tetap berdiri, matanya terlihat menerawang, memandang langit. Sungguh mengherankan, sejenak setelah itu datanglah mendung seperti sengaja menaungi perjalannya. Dan mendung tersebut terus mengikuti sosok tersebut.
Jelas, yang berjalan di terik matahari, yang berdiri di jalanan yang sunyi, menerawang matanya, yang pandangi langit sehingga membuat mendung datang menaungi itu bukan Dayan sendiri. Tapi sesuatu yang lain. Mengapa bukan Dayan atau Eddi Kemput sendiri? Bila ini menceritakan perjalanan spiritual Eddi Kemput? Karena pada lirik Verse 1 lagu SENDIRI GRASS ROCK tertulis "MENERAWANG MATANYA", bukan "MENERAWANG MATAKU". Semoga saja almarhum Dayan benar-benar pernah bermimpi seperti apa yang diceritakan pada Verse 1 di atas. Pasti kita sangat bangga pernah melihat Dayan sampai kehabisan suara saat melantunkan lagu BERSAMAMU pada waktu manggung di GOR UNS Solo saat beliau belum dipanggil ke haribaan Illahi dulu.
Pada Verse 2 anak-anak Grass Rock menyanyikan kidung lirik yang berbunyi, "JEJAK LANGKAH YANG PERNAH TERLIHAT, KINI TELAH LENYAP DI TELAN MUSIM. MENCARI KEBENARAN, DI KEHAMPAAN." Menerangkan bahwa peristiwa penglihatan tentang sosok misteri yang mampu memanggil mendung itu terjadi pada masa lampau. Bukan baru saja terjadi. Alam bawah sadar Dayan menganggap peristiwa ini bukan peristiwa biasa, melainkan peristiwa yang berhubungan dengan sebuah perjalanan spiritual. Maka Dayan menuliskan, "Jejak langkah yang terlihat". Sedangkan kalimat, "Kini telah lenyap di telan musim," menerangkan bahwa peristiwa itu tetap melekat namun sering terlupakan karena terjadi pada waktu yang relatif lama dan biasanya terjadi hanya sekali seumur hidup.
Agaknya, Eddi Kemput maupun Dayan Zamachsyarie, juga personel GRASS ROCK lain seperti Rere Mochamed, Mando Rahmad adalah anak-anak yang jujur. Semoga Yudhie Bass selalu tenang dan bahagia. Mereka melantunkan lirik yang berbunyi, "MENCARI KEBENARAN, DI KEHAMPAAN." Sebuah pengakuan jujur bahwa pada setiap interaksi kadang kita selalu merasa benar pada sesuatu yang sebenarnya hanya terlihat benar. Sebuah kebenaran yang hampa. Bukankah kebenaran hanyalah milik Tuhan? Mengapa kadang kita lupa untuk menyisakan selembar kertas kosong pada setiap tulisan kita? Tanpa menyisakan ruang lagi untuk beberapa koreksi juga menuliskan kebenaran sesungguhnya yang mungkin akan ditunjukkan pada kita?
Selalu saja, kita "TENGGELAM DALAM BISINGNYA HATI." Hati yang dimaksudkan di sini adalah keadaan pikiran. Seperti pengakuan anak-anak Grass Rock pada Bridge lagu SENDIRI, yang sering terjadi, kita hampir tidak pernah berada pada saat sekarang. Kita selalu tenggelam, membiarkan ajakan SETAN BERUPA GERAKAN PIKIRAN yang meloncat-loncat ke sana kemari. Tak seharusnya bisingnya hati selalu diikuti. Dayan dan Eddi Kemput mengingatkan kita lewat cerita lagunya, bila kita selalu tenggelam dalam bisingnya hati, sudah pasti kita menjadi tidak konsisten. Sekalipun kita pernah mendapatkan pencerahan dari sesosok mulia yang mampu menghadirkan mendung yang selalu menaungi disetiap langkahnya, pencerahan itu akan sia-sia seperti lenyap ditelan musim. Tak berguna. Untuk menjadi baik pun tidak boleh gagal fokus. Harus tetap FOKUS selalu berusaha berbuat baik.
Sehingga pada Chorus lagu SENDIRI GRASS ROCK, Eddi Kemput dan Dayan masih memberikan semangat pada kita lewat ceritanya, "PERNAH KUBERLARI... SENDIRI, MENGEJAR BAYANGANNYA. DIA SEMBUNYI... MENGHILANG, DAN TINGGALKAN DIRIKU SENDIRI, DI KESUNYIAN." Lirik PERNAH KUBERLARI dapat dimaknai, Dayan pernah sengaja berusaha mengkondisikan situasi serupa saat dia menerima penglihatan tentang sosok mulia tersebut di atas. Dayan tetap mencoba meski gagal. Tetap berusaha, meski penglihatan itu tak pernah terjadi lagi. Seakan sosok itu sembunyi, menghilang, dan tinggalkan kita sendiri, seakan membiarkan kita di kesunyian. Sungguh sebuah lagu rock theatrical yang pernah tertata apik di Indonesia. BEST INDONESIAN ROCK THEATRICAL SONG EVER WRITTEN.
Wajar, merasa gagal kemudian mengeluh. Sehingga Dayan dan Eddi Kemput membuat sebuah Bridge tambahan pada lagu SENDIRI GRASS ROCK. "Di mana? Harus kutemui lagi. Sesuatu yang hilang, dan tinggalkan diriku sendiri." Pengalaman batin memang adiktif. Kadang beberapa dari kita ingin mengulang pencapaian spiritual dengan berbagai cara. Termasuk lewat anestesi bahkan lewat jamur kandang sapi atau daun kecubung. Padahal kita harus terima apa adanya, bahwa pengalaman spiritual tidak dapat dipaksakan terjadinya. Mungkin sekali seumur hidup sudah cukup. Asalkan kita selalu mengingatnya, hanya sebagai motivasi untuk selalu berbuat baik. Untuk selalu berprasangka baik pada TUHAN bahwa ternyata TUHAN sangat peduli pada kita.
Baiknya kita pasrah, menerima apa adanya diri kita, tidak peduli setan berupa ajakan tenggelam dalam bisingnya hati. Setan sebenarnya di sini adalah bisingnya hati. Tak perlu dilawan. Amati saja. Tidak peduli setan sama halnya dengan memerangi setan. Hanya mengamati dan tetap sadar bahwa kita sedang puja semadi bermeditasi. Tak perlu sombong seolah menghadirkan TUHAN, karena sejak kita belum ada hingga sampai kapan pun TUHAN tetap selalu hadir di sini. Maka tanpa dikondisikan, muncullah penyadaran baru pada sesuatu yang suci, seberkas cahaya, tapi bukan TUHAN itu sendiri. Seperti yang dituliskan dalam Coda lagu GRASS ROCK SENDIRI, "MERPATI PUTIH TINGGI DI AWAN, MEMBAWA ARTI HIDUP YANG SUCI. LANGIT PUN KINI SEMAKIN TERANG, TERSENYUM MENYIMPAN MISTERI."
Mengapa hanya seperti Merpati Putih di awan tinggi? Mengapa itu bukan cahaya TUHAN? Karena baiknya kita juga ingat bahwa TUHAN MAHA SUCI. TUHAN tidak akan dapat disamakan dengan apapun yang wujud dan pernah kita lihat maupun kita bayangkan. Dayan sangat sadar bahwa TUHAN MAHA SUCI. Wujud TUHAN hanya baru dapat dipahami pada sifat dan tidak dalam bentuk. Maka pada Coda lagu SENDIRI GRASS ROCK, digambarkanlah sebuah kesadaran akan pencerahan bagai merpati putih tinggi di awan yang membawa arti kesucian hidup. Selalu mengajak berbuat baik. Ingatan akan pencerahan yang pernah diterima membuat seakan langit semakin cerah ceria tanpa diminta. Seakan langit tersenyum dan tetap menyimpan berjuta misteri bagi siapa pun yang diberi anugerah pencerahan seperti itu.
Ada yang unik pada lagu SENDIRI GRASS ROCK yang diakhiri dengan Coda ini. Meskipun lagu telah berakhir, namun tetap menyisakan tumbuhnya rasa ingin bagi pendengar untuk menyanyikan lagi bait Chorus. "Pernah kuberlari... Sendiri, mengejar bayangannya. Dia sembunyi... Menghilang, dan tinggalkan diriku sendiri, di kesunyian." Agaknya anak-anak Grass Rock paham, bila Chorus ini sampai dinyanyikan dengan lirik yang sama, maka akan mengaburkan pencapaian pemahaman spiritual yang tertulis pada Coda. Dan rasanya akan sangat arogan ketika chorus yang bernada sama dinyanyikan dengan lirik berbeda. Misalkan dengan menambah Chorus 2 berupa lirik, "KINI KUBERHENTI BERLARI, BERSAMA BAYANGANNYA, YANG TERSEMBUNYI… GEMILANG, DAN LINGKUPI DIRIKU DI SINI, DI KEHIDUPAN."
Wassalamu'alaikum. Mugi rahayu ingkang sami pinanggih.
Dikarang oleh : Heri ireng Cepu.